TNews, TANJUNGBALAI — Lahan kosong tak lagi dianggap sia-sia di Tanjungbalai. Dengan pendekatan ketahanan pangan dan penguatan ekonomi desa, pemerintah setempat bersama Kanwil Imigrasi Sumut mengawali gerakan nyata dengan menanam bibit kelapa dan jagung di Kelurahan Sei Raja, Kecamatan Sei Tualang Raso, Selasa (9/9).
Dalam kondisi ekonomi yang masih mencari keseimbangan pascapandemi dan tekanan inflasi pangan global, upaya semacam ini memberi harapan baru: bahwa solusi tak harus datang dari pusat. Kota kecil pun bisa jadi pelopor.
“Ini bukan tentang sekadar tanam, tapi tentang bagaimana memanfaatkan potensi lokal yang selama ini tertidur,” kata Wali Kota Mahyaruddin Salim.
Ia menyebut, Kelurahan Sei Raja punya potensi lahan yang bisa diubah menjadi sumber pangan dan penghasilan masyarakat. Program ini bukan proyek instan, melainkan bagian dari strategi panjang membangun kemandirian pangan dari bawah.
Dukungan dari Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan menambah kekuatan program ini. Mereka tak hanya membawa bibit, tapi juga jejaring nasional hingga akses sertifikasi produk yang sangat dibutuhkan petani dan UMKM lokal.
“Ke depan, kelapa dan jagung ini harus bisa masuk pasar. Bukan hanya untuk konsumsi sendiri, tapi sebagai komoditas yang menggerakkan ekonomi lokal,” ujar Kepala Kanwil Imigrasi Sumut, Teodorus Simarmata.
Salah satu nilai tambah dari gerakan ini adalah pelibatan kelompok tani, camat, lurah hingga OPD dalam satu aksi kolaboratif. Semua pihak, termasuk sektor swasta, didorong untuk terlibat, menciptakan mata rantai produktif dari hulu ke hilir.
Bukan mustahil, lima tahun ke depan, produk turunan dari kelapa dan jagung Tanjungbalai bisa ditemukan di pasar-pasar nasional — bahkan global.*
Laporan: Indah