TNews, LANGKAT – Media sosial kembali menjadi sorotan setelah seorang guru honorer yang diduga mengajar di SMP Negeri 3 Sei Bingai, Kabupaten Langkat, disebut menghina seorang warganet bernama Windy melalui komentar di Facebook. Insiden ini terjadi pada Selasa (17/6/2025) dan dengan cepat menjadi perhatian publik.
Komentar kontroversial itu diduga ditulis oleh akun Facebook atas nama Sartika Penjaitan, yang merespons unggahan status Windy dengan kalimat bernada kasar dan merendahkan. Dalam komentarnya, Sartika menyinggung status sosial Windy dan menyatakan bahwa ia “bukan orang komplek sini” serta menyarankan untuk “heppy-heppy ke hotel elite” jika ingin bersenang-senang. Komentar itu berbunyi, “Kau salah tempat, kau bukan orang komplek sini. Kalau mau kau heppy-heppy ke Marcopolo, kau sana hotel elite. Orang luar tak usah banyak bacot.”
Windy yang merasa dihina secara terbuka di ruang publik digital kemudian angkat bicara. Saat dikonfirmasi media ini, ia mengaku sangat kecewa dan merasa direndahkan. “Ya bang, saya hanya membuat status biasa di Facebook. Tapi tiba-tiba komentar dari Sartika Penjaitan muncul dengan kata-kata kasar. Saya merasa sangat direndahkan,” ujar Windy pada Kamis dini hari (19/6/2025).
Menanggapi hal ini, Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Sei Bingai, Muliadi Ginting, saat dikonfirmasi oleh media ini pada Rabu (18/6/2025) melalui pesan WhatsApp, menyatakan akan menindaklanjuti masalah tersebut. Namun, saat dikonfirmasi kembali pada Kamis dini hari, ia menjawab singkat, “Saya masih belum masuk, bang,” tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Windy berharap agar Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat dan Bupati Langkat segera mengambil tindakan tegas terhadap oknum guru tersebut. Ia mendesak agar Sartika Penjaitan dicopot dari statusnya sebagai guru honorer. “Saya minta pihak terkait, terutama Dinas Pendidikan dan Bupati Langkat, agar segera memproses dan mencopot Sartika Penjaitan dari sekolah karena telah merendahkan harga diri saya,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi langsung dari Sartika Penjaitan maupun pernyataan resmi dari pihak sekolah terkait kelanjutan kasus ini. Namun peristiwa ini kembali menjadi pengingat akan pentingnya etika dan tanggung jawab dalam berkomentar di media sosial, terlebih bagi seorang pendidik yang menjadi contoh di tengah masyarakat.
Nanda Putra