Drama Cinta Remaja Berujung Isu Bullying: Orang Tua Klarifikasi, Sekolah Angkat Bicara

Gambar: Orang tua siswa yang memberikan klarifikasi kepada wartawan totabuan news terkait isu perundungan di sekolah, Jumat, 29 Agustus 2025. Foto: Nanda.

TNews, BINJAI – Sebuah kisah asmara remaja di SMK Negeri 1 Binjai berujung pada kesalahpahaman publik setelah salah satu media lokal mengangkatnya sebagai isu perundungan atau bullying. Merasa berita tersebut tidak sesuai kenyataan, kedua orang tua siswa yang terlibat langsung datang ke sekolah untuk memberikan klarifikasi.

Pada Jumat (29/8/2025), kedua orang tua siswa — AA dan K — mendatangi SMK Negeri 1 Binjai, didampingi anak-anak mereka. Mereka membantah adanya tindakan bullying di sekolah dan menjelaskan bahwa persoalan ini murni konflik pribadi antara dua remaja yang sebelumnya menjalin hubungan pacaran.

K, siswi kelas XI RPL 2, menjelaskan bahwa hubungan mereka berakhir karena perselisihan. Namun, AA — siswa laki-laki dari kelas yang sama — sulit menerima perpisahan itu dan menunjukkan reaksi emosional ekstrem.

Kasus ini mulai memanas ketika pada 18 Agustus 2025, AA diduga meminum cairan pembersih lantai di rumah. Disusul kemudian dengan aksi meminum sedikit hand sanitizer pada 27 Agustus. Puncaknya, pada Kamis (28/8), AA keluar saat jam istirahat sekolah dengan alasan mengambil bekal, namun ternyata membeli bensin eceran dan meminumnya.

Orang tua AA dan K menyatakan penyesalan mendalam dan menyampaikan permintaan maaf kepada pihak sekolah serta guru-guru.

“Kami sama-sama terkejut dan sedih atas tindakan anak kami. Tapi yang perlu kami luruskan, ini bukan soal bullying. Ini persoalan pribadi remaja, yang sedang belajar memahami emosi dan hubungan,” ujar salah satu orang tua.

Kepala SMK Negeri 1 Binjai, Safaruddin, juga memberikan tanggapan atas pemberitaan yang terlanjur beredar. Ia menyayangkan media yang menulis berita tanpa konfirmasi terlebih dahulu.

“Saya sangat kecewa. Tidak ada wartawan yang menghubungi saya untuk klarifikasi. Tahu-tahu muncul berita seolah-olah ada bullying di sekolah kami. Padahal faktanya tidak seperti itu,” tegas Safaruddin.

Ia berharap media dapat menjalankan tugas jurnalistik secara profesional, dengan prinsip verifikasi dan keberimbangan.

Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya komunikasi terbuka antara sekolah, orang tua, dan media — terutama saat menyangkut isu sensitif yang dapat berdampak pada nama baik institusi maupun kondisi psikologis siswa.*

Peliput: Nanda

Pos terkait

Tinggalkan Balasan