TNews, TANJUNGBALAI — Saat sejumlah daerah masih sibuk merumuskan strategi menghadapi inflasi, Tanjungbalai memilih langsung bertindak. Melalui program Gerakan Pangan Murah dan Pasar Murah Serentak, kota pesisir ini mulai memperlihatkan bahwa stabilisasi harga bukan sekadar janji rapat koordinasi.
Langkah ini menjadi respons cepat terhadap peringatan Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar secara daring, Selasa (10/9). Dalam forum itu, Mendagri menekankan bahwa pemerintah daerah harus meninggalkan rutinitas seremonial dan fokus pada program konkret yang langsung dirasakan rakyat.
Wakil Wali Kota Tanjungbalai, Muhammad Fadly Abdina, mengatakan, program pangan murah yang telah digelar di enam kecamatan bukan hanya intervensi harga, tetapi bentuk kehadiran negara dalam kehidupan sehari-hari warga.
“Ketika harga cabai naik, ketika beras melambung, masyarakat tak butuh pidato panjang. Mereka butuh akses. Itu yang kami lakukan lewat pasar murah ini,” kata Fadly.
Inflasi di Sumut saat ini menyentuh angka 4,42% (year-on-year), salah satu yang tertinggi secara nasional. Kenaikan harga bahan pokok menjadi ancaman serius bagi daya beli, terutama masyarakat kelas bawah.
Dengan menggandeng Bulog dan Bank Indonesia, serta memaksimalkan stok pangan dari mitra petani lokal, Pemko Tanjungbalai menyasar dua tujuan sekaligus: menjaga daya beli masyarakat dan membuka saluran distribusi pangan yang efisien.
“Jika pasar murah ini terus digencarkan dan tak berhenti di satu-dua event, ini bisa jadi cara paling manusiawi menekan inflasi,” ujar seorang warga saat membeli sembako murah di Kecamatan Teluk Nibung.
Tanjungbalai tampaknya memahami satu hal penting dalam perang melawan inflasi: tak cukup bicara data, yang dibutuhkan adalah aksi.*
Laporan : Indah